Apa itu Alkitab: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
<noinclude> | |||
Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) -- [[Taurat]] (Ibrani: ''tora'') dan [[Injil]] (Yunani: ''euangelion'') -- diakui dalam Al Quran (Sura 3) sebagai pernyataan Allah yang lebih tua. PL bahasa Ibrani adalah Alkitab Yahudi. Pentateukh bahasa Ibrani adalah Alkitab Samaria. | Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) -- [[Taurat]] (Ibrani: ''tora'') dan [[Injil]] (Yunani: ''euangelion'') -- diakui dalam Al Quran (Sura 3) sebagai pernyataan Allah yang lebih tua. PL bahasa Ibrani adalah Alkitab Yahudi. Pentateukh bahasa Ibrani adalah Alkitab Samaria. | ||
{{:Apa itu Alkitab | {{:Apa itu Alkitab/Isi dan wibawanya}} | ||
{{:Apa itu Alkitab | {{:Apa itu Alkitab/Dua Perjanjian}} | ||
{{:Apa itu Alkitab | {{:Apa itu Alkitab/Perjanjian Lama}} | ||
{{:Apa itu Alkitab | {{:Apa itu Alkitab/Perjanjian Baru}} | ||
{{:Apa itu Alkitab | {{:Apa itu Alkitab/Berita Alkitab}} | ||
==Kepustakaan== | ==Kepustakaan== | ||
Baris 28: | Baris 29: | ||
* The Cambridge History of the Bible, 1-3, 1963-70; | * The Cambridge History of the Bible, 1-3, 1963-70; | ||
* J. Barr, The Bible in the Modern World, 1973. FFB/RS</p> | * J. Barr, The Bible in the Modern World, 1973. FFB/RS</p> | ||
</noinclude> | |||
<includeonly> | <includeonly> | ||
[[Apa itu Alkitab]]: | [[Apa itu Alkitab]]: |
Revisi per 4 Februari 2016 03.59
Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) -- Taurat (Ibrani: tora) dan Injil (Yunani: euangelion) -- diakui dalam Al Quran (Sura 3) sebagai pernyataan Allah yang lebih tua. PL bahasa Ibrani adalah Alkitab Yahudi. Pentateukh bahasa Ibrani adalah Alkitab Samaria.
Isi dan wibawanya
Di antara orang Kristen, yang mengakui PL dan PB sebagai Alkitab, tidak ada kesepakatan yang bulat tentang isinya. Beberapa golongan dan gereja Siria tidak memasukkan 2 Ptr, 2 dan 3 Yoh, Yud dan Why dalam PB. Sedang jemaat Romawi dan Yunani memasukkan beberapa kitab lain ke dalam PL sebagai tambahan pada semua kitab yang merupakan Alkitab Ibrani; kitab-kitab tambahan itu adalah bagian dari LXX.
Church of England dan gereja Lutheran mengikuti Yerome, yang berpandangan bahwa kitab-kitab tambahan itu dapat dibaca 'untuk teladan hidup dan pengajaran cara hidup, tapi jangan dijadikan dasar dan dogma' (Art 6). Gereja-gereja Reformasi lainnya sama sekali memberikan kedudukan kanonik (*APOKRIFA). Alkitab Etiopia memuat juga I Henokh dan kitab Yubile.
Dalam jemaat-jemaat Romawi, Yunani dan jemaat-jemaat kuno lainnya Alkitab bersama tradisi yang masih hidup merupakan kewibawaan yang paling tinggi. Tapi dalam gereja-gereja Reformasi hanya Alkitab satu-satunya instansi final dalam persoalan mengenai dogma dan hidup. Justru Art 6 dan Church of England menekankan, 'Kitab Suci memuat segala hal yang perlu bagi keselamatan: jadi apa pun yang tidak terbaca di dalamnya atau tidak dapat dibuktikan dengannya, tidak boleh dituntut dari seseorang, untuk mempercayainya sebagai bagian dari iman, atau untuk dianggap dibutuhkan atau perlu bagi keselamatan'. Dengan tujuan yang sama Westminster Confession of Faith (1:2) mendaftarkan ke-39 kitab dari PL dan ke-27 kitab dari PB sebagai 'semuanya ... telah diilhamkan Allah untuk menjadi patokan iman dan hidup.'
Dua Perjanjian
Kata 'perjanjian' dalam 'PL' dan 'PB' adalah terjemahan Yunani diatheke. Dalam Yer 31:31 dinubuatkan perjanjian baru (Ibrani berit, LXX diatheke) yang akan mengganti perjanjian yang dibuat Yahweh dengan bangsa Israel di padang pasir (bnd Kel 24:7-8). 'Ia berkata-kata tentang perjanjian yang baru, Ia menyatakan yang pertama sebagai perjanjian yang telah menjadi tua' (Ibr 8:13). Para penulis PB melihat penggenapan nubuat tentang perjanjian baru itu dalam keadaan baru yang dimulai dengan karya Kristus; firman-Nya sendiri waktu Ia mengadakan Perjamuan Kudus (1 Kor 11:25) menjadi dasar bagi tafsiran di atas. Kitab-kitab PL disebut demikian karena hubungannya yang erat dengan sejarah 'perjanjian tua' itu; Kitab-kitab PB disebut demikian karena merupakan dokumen-dokumen dasar dan 'perjanjian baru.'
Suatu pendekatan pada pemakaian umum istilah 'perjanjian lama' dapat kita baca dalam 2 Kor 3:14, jika mereka membaca perjanjian lama, walaupun mungkin Paulus memaksudkan Taurat, sebagai dasar dan PL, dan bukan sebagai segenap berkas dari Alkitab Ibrani.' Istilah-istilah 'Perjanjian Lama' (palaia diatheke) dan 'Perjanjian Baru' (kaine diatheke) untuk kedua kumpulan kitab itu, mulai dipakai secara umum oleh orang Kristen sejak bagian terakhir abad 2; di Eropa Barat Tertullian kadang-kadang menerjemahkan diatheke dengan instrumentum (suatu dokumen hukum), kadang-kadang dengan testamentum; kata yang terakhirlah yang tetap hidup dalam bahasa Inggris -- 'New Testament' -- dan bahasa Belanda -- 'Nieuwe Testament'.
Perjanjian Lama
Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab-kitab itu disusun menjadi tiga bagian -- Hukum Taurat (tora), Nabi-nabi (neviim) dan Tulisan-tulisan (ketubim). Kitab-kitab Hukum meliputi Pentateukh, 'kelima kitab dari Musa'. Kitab nabi-nabi terbagi menjadi dua: 'Nabi-nabi pertama' (neviim risyonim), yaitu Kitab-kitab Yos, Hak, Sam dan Raj, dan 'Nabi-nabi kemudian' (neviim akharonim) yaitu Kitab-kitab Yes, Yer, Yeh, dan 'Kitab keduabelas nabi'. 'Tulisan-tulisan' meliputi Kitab-kitab lainnya: pertama Mzm, Ams, Pkh dan Ayb, kemudian 'kitab-kitab gulungan' lima (megillot), yaitu Kid, Rut, Rat, Pkh, Est; dan yang terakhir Dan, Ezr, Neh dan Taw. Jumlahnya menurut perhitungan lama adalah 24, tapi jumlah 24 ini cocok tepat dengan perhitungan kita, yaitu 39, sebab dalam perhitungan kita Nabi-nabi terakhir dihitung 12 kitab, dan Sam, Raj, Taw dan Ezr -- Neh tiap kitab sebagai dua.
Asal mula pendaftaran kitab-kitab dalam Alkitab Ibrani tidak bisa ditemukan; pembagian menjadi tiga sering dianggap berhubungan dengan ketiga tahap pengakuan kanonitas dan kitab-kitab itu, tapi tidak ada bukti yang langsung bagi hal ini (*KANON PL).
Dalam LXX kitab-kitab itu diatur menurut kesamaan isinya. Pentateukh diikuti Kitab-kitab sejarah, kemudian Kitab-kitab sajak dan hikmat, kemudian kitab-kitab nabi-nabi. Urutan inilah, dalam garis besar, diambil dan diteruskan (melalui Vulgata) dalam kebanyakan Alkitab terbitan Kristen. Dari beberapa segi urutan ini lebih cocok dengan kronologis peristiwa ketimbang urutan Alkitab Ibrani, misalnya Rut langsung ditempatkan sesudah Hak (sebab Rut menceritakan hal-hal yang terjadi 'pada zaman penghakiman para hakim'), dan karya pentawarikh ditempatkan dengan urutan Taw, Ezr, Neh.
Pembagian menjadi tiga dalam Alkitab Ibrani nampak dalam kata-kata Luk 24:44 ('Taurat Musa dan Kitab nabi-nabi dan Kitab Mazmur'); lebih sering PB menyebut 'Taurat ... Kitab para nabi' (lih Mat 5:17 dll) atau 'Musa dan para nabi' (Luk 16:29 dll).
Ilham ilahi yang diceritakan PL diberikan terutama dengan dua cara: melalui perbuatan-perbuatan kekuasaan dan perkataan-perkataan nabi. Kedua cara ini sepadu dan tak dapat diceraikan yang satu dari yang lain. Perbuatan belas kasihan dan penghakiman, yang menjadi alat Allah Israel untuk menyatakan Diri kepada bangsa perjanjian-Nya, tidak akan mencapai maksudnya seandainya tidak diterangkan kepada Israel oleh para nabi -- orang-orang yang berbicara atas Nama Allah, yang menerima dan menyampaikan firman-Nya. Misalnya, peristiwa Keluaran tidak akan mencapai anti yang kekal bagi bangsa Israel, seandainya Musa tidak mengatakan kepada mereka bahwa dalam peristiwa-peristiwa ini Allah dari Bapak leluhur Israel bekerja untuk kelepasan mereka, seperti janji-janji-Nya dahulu, sehingga mereka selanjutnya menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Sebaliknya, kata-kata Musa akan tetap hampa dan tanpa hasil seandainya peristiwa-peristiwa Keluaran tidak terjadi. Kita dapat menyamakan peranan Samuel yang sama pentingnya sewaktu orang Filistin mengancam, peranan nabi-nabi besar abad 8 sM sewaktu Asyur menyapu segala sesuatu di depannya, peranan Yeremia dan Yehezkiel sewaktu kerajaan Yehuda menjelang akhirnya, dst.
Hubungan antara perbuatan kekuasaan dan perkataan nabi dalam PL menerangkan sebab apa sejarah dan nubuat tercampur dalam halaman-halaman PL; pastilah ini yang menyebabkan orang Yahudi memasukkan Kitab-kitab sejarah yang utama di antara Kitab nabi-nabi.
Tapi 'tulisan-tulisan' PL tidak hanya menceritakan penyataan ilahi yang berlipat ganda dan progresif itu; sekaligus dicatatnya jawaban manusia atas penyataan Allah. Jawab ini kadang-kadang taat, terlalu sering tidak taat; keduanya dinyatakan baik melalui perbuatan maupun perkataan. Dalam cerita PL tentang jawaban mereka yang menerima firman Allah, PB mendapatkan pelajaran praktis bagi orang Kristen; tentang pemberontakan bangsa Israel di padang pasir dan malapetaka berikutnya, Paulus menulis, 'Semuanya ini menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba' (1 Kor 10:11).
Tentang tempat PL dalam Alkitab Kristen. PL adalah persiapan: 'Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi', hal ini menantikan penyelesaiannya dalam firman yang dikatakan-Nya 'pada zaman akhir ini', 'kepada kita dengan perantaraan AnakNya' (Ibr 1:1-2). Tapi PL adalah Alkitab yang dibawa oleh para rasul dan para pemberita Injil lainnya pada zaman awal Kekristenan bila mereka memberitakan Yesus sebagai Mesias yang diutus Allah, Tuhan dan Juruselamat: dalam PL mereka mendapati kesaksian yang terang atas Kristus (Yoh 5:39) dan pemberitaan yang tegas tentang jalan keselamatan melalui kepercayaan kepada-Nya (Rm 3:21; 2 Tim 3:15). Untuk pemakaian PL mereka mempunyai kewibawaan dan teladan Kristus sendiri; dan gereja sejak itu selalu berbahagia bila mengikuti teladan yang diberikan oleh-Nya dan oleh para rasul, dan mengakui PL sebagai kitab Kristen. 'yang tak bisa diabaikan oleh Sang Juruselamat harus juga tidak bisa diabaikan oleh orang-orang yang diselamatkan' (G. A Smith).
Perjanjian Baru
Hubungan PL dan PB adalah sebagai penggenapan dari janji. PL mencatat apa yang 'Allah katakan ... pada zaman dahulu kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi'. PB membicarakan firman terakhir yang difirmankanNya melalui AnakNya, dalam mana seluruh penyataan sebelumnya dimuat, dikukuhkan dan 'dilampaui'. Perbuatan-perbuatan kekuasaan yang menyatakan Allah dalam PL memuncak pada karya penyelamatan Kristus; perkataan-perkataan nabi-nabi PL terpenuhi genap di dalam Dia. Tapi Ia bukan hanya puncak penyataan Allah; Ia adalah juga jawaban manusia kepada Allah -- Imam Agung dan serentak Rasul dari pengakuan kits (Ibr 3:1). PL menceritakan kesaksian mereka yang melihat hari Kristus sebelum menyingsing, PB menceritakan kesaksian mereka yang telah melihat dan mendengar Dia pada waktu kemanusiaan-Nya, yang dengan kekuasaan RohNya, secara utuh mengenal lalu memberitakan anti kedatangan-Nya setelah Ia bangkit dari maut.
PB oleh jumlah terbesar orang Kristen selama 1.600 thn diakui memuat 27 kitab. Dengan sendirinya ke-27 kitab ini menjadi empat bagian: (a) keempat Injil, (b) Kisah Para Rasul, (c) 21 surat yang ditulis oleh para rasul dan orang-orang yang seperti rasul, (d) Why. Urutan ini disamping logis, juga isi dokumen-dokumen itu garis besarnya taat asas secara kronologis, tapi urutan ini tidak menuruti urutan kitab-kitab itu ditulis.
Dokumen-dokumen PB yang pertama ditulis ialah Surat-surat Paulus. Surat-surat ini (mungkin bersama Surat Yak) ditulis antara thn 48 dan 60 M, sebelum Injil pertama ditulis. Keempat Injil ditulis antara thn 60 M dan 100 M, dan pada thn-thn ini juga semua (atau hampir semua) tulisan PB lainnya ditulis. Penulisan Kitab-kitab PL memakan waktu 1.000 thn dan mungkin lebih, tapi Kitab-kitab PB selesai ditulis dalam satu abad.
Naskah-naskah PB sesudah selesai ditulis, tidak terkumpul satu seperti dalam bentuknya yang kita kenal sekarang. Mula-mula tiap Injil berada di tempat dan bagi orang, untuk siapa pada mulanya Injil itu memang dituliskan. Tapi kr awal abad 2 semua Injil itu digabung dan mulai beredar sebagai 4 naskah senada dan selaras (*INJIL, KITAB-KITAB). Sewaktu ini terjadi, Kis dilepaskan dari Luk, yang sebelumnya merupakan satu kitab dengan dua bagian dan beredar terpisah (*KISAH PARA RASUL).
Surat-surat Paulus mula-mula disimpan oleh jemaat-jemaat atau oleh orang-orang kepada siapa surat-surat itu dialamatkan. Tapi kr akhir abad 1 bukti-bukti menunjukkan bahwa Surat-surat Paulus yang masih ada mulai dikumpulkan menjadi satu berkas Surat Paulus, yang beredar dengan cepat di antara gereja-gereja -- mula-mula berupa berkas yang lebih pendek dengan 10 surat, tapi segera kemudian berupa berkas yang lebih panjang dengan 13 surat ditambah dengan ke-3 Surat Penggembalaan. Kumpulan berkas Surat-surat Paulus ternyata tidak diatur menuruti kaidah kronologis, tapi menurut panjang surat yang makin berkurang. Asas ini masih dapat dijumpai pada urutan seperti terdapat dalam banyak terbitan PB kini: surat-surat kepada gereja-gereja mendahului surat-surat kepada perseorangan, dan dalam kedua bagian ini surat-surat itu diatur sedemikian rupa, sehingga yang terpanjang mendahului yang terpendek. (Satu-satunya kekecualian, Gal mendahului Ef meskipun Ef lebih panjang.)
Dengan kumpulan Injil dan berkas Surat-surat Paulus, dan Kis sebagai yang mengantarai keduanya, kita mempunyai bagian permulaan dari kanon PB seperti yang kita punyai sekarang (*KANON PB). Gereja purba yang mewarisi Alkitab Ibrani (atau salinan LXX dlm bahasa Yunani) sebagai kitab-kitab suci, segera menempatkan naskah-naskah Injil dan rasuli di Samping Taurat dan Kitab-kitab para nabi, lalu memakainya untuk memberitakan dan membela berita Injil dan dalam kebaktian Kristen. Demikianlah Justin Martyr, kr pertengahan abad 2, menceritakan bahwa orang Kristen dalam perkumpulannya pada hari Minggu, membaca 'catatan-catatan para rasul atau tulisan-tulisan para nabi' (Apology 1:67). Justru sebagai dampak dari meluasnya Kekristenan kepada orang-orang yang berbahasa lain dari bahasa Yunani, maka adalah wajar menerjemahkan PB dari bahasa Yunani ke dalam bahasa-bahasa itu untuk membantu orang-orang Kristen baru. Ada juga terjemahan PB dalam bahasa Latin dan Siria bertarikh kr pada thn 200 M dan suatu terjemahan Kopt pada abad berikutnya.
Berita Alkitab
Alkitab telah berperan, dan akan seterusnya berperan memainkan peranan penting dalam sejarah kebudayaan. Banyak bahasa yang untuk pertama kalinya dimasyarakatkan dalam bentuk tulisan, supaya seluruh atau sebagian Alkitab dapat dilayankan kepada pemilik bahasa itu. Dan ini barulah contoh kecil dari pengaruh Alkitab atas kebudayaan dunia.
Pengaruh atas kebudayaan ini adalah dampak langsung dari amanat inti Alkitab. Agak mengherankan, orang dapat berbicara tentang 'amanat inti' dalam bunga rampai tulisan yang menggambarkan sejarah kebudayaan Timur Tengah selama ribuan thn. Tapi memang, amanat inti itu sungguh ada. Dan pengakuan atas amanat inti inilah yang mengakibatkan Alkitab dianggap satu buku, dan bukan hanya kumpulan buku-buku -- seperti biblia bahasa Yunani (buku-buku) menjadi biblia, bahasa Latin ('buku' bentuk tunggal).
Amanat inti Alkitab adalah sejarah penyelamatan; melalui seluruh kedua Perjanjian berita ini memekar, dan dalam hal ini dapat dilihat tiga unsur pokok: pembawa keselamatan, jalan keselamatan dan pewaris-pewaris keselamatan. Ihwal ini dapat diungkapkan dengan gagasan 'perjanjian': amanat inti Alkitab adalah perjanjian Allah dengan manusia, dan pokok-pokok di dalamnya adalah: pelaksana perjanjian, dasar perjanjian dan umat perjanjian. Allah sendiri adalah Penyelamat umat-Nya; Dia-lah yang mengukuhkan dan menguatkan anugerah perjanjian dengan mereka. Pemberi dan Pelaksana keselamatan, Pengantara perjanjian ialah Yesus Kristus, Putra Allah. Jalan keselamatan, dasar perjanjian, adalah kasih karunia Allah, yang menuntut dari umat-Nya jawaban kepercayaan dan ketaatan. Pewaris-pewaris keselamatan, umat perjanjian, adalah Israel Allah, gereja Allah.
Kesinambungan umat perjanjian PL ke umat PB diungkapkan dalam kata Yunani ekklesia, yang padanannya dalam bahasa Indonesia ialah jemaat atau jemaah, yang terdapat dalam PL dan PB. Memang ekklesia mempunyai arti yang lebih penuh dalam PB. Yesus berfirman, 'Aku akan mendirikan jemaat-Ku' (Mat 16:18), sebab umat perjanjian yang lama harus mati dengan Dia agar bangkit kembali dengan Dia masuk ke dalam hidup baru, suatu hidup yang baru dalam mana segala keterbatasan bangsa hilang. Tapi dalam diriNya sendiri Tuhan Yesus memberi kesinambungan yang hidup antara Israel lama dan Israel baru, dan pengikut-pengikut-Nya yang setia adalah sisa yang benar dari Israel yang lama dan inti Israel yang baru. Tuhan sebagai Hamba dan umat-Nya sebagai hamba menghubungkan kedua Perjanjian itu.
Berita Alkitab adalah berita dari Allah kepada manusia, yang diberikan 'dalam pelbagai cara' (Ibr 1:1) dan pada akhirnya menjelma dalam Kristus. Jadi 'kedaulatan' dan 'kewibawaan' Alkitab -- Kitab Suci wajib dan hams dipercaya dan ditaati, tidak tergantung pada kesaksian orang atau gereja, tapi semata-mata hanya pada Allah (yang adalah Kebenaran itu sendiri), pembuat Alkitab; justru Alkitab wajib harus diterima, karena Alkitab adalah firman Allah (Westminster Confession of Faith 1:4).
Kepustakaan
- B. F. Westcott, The Bible in the Church, 1896;
- H. H. Rowley (red), A Companion to the Bible', 1963;
- N. H. Snaith, The Distinctive Ideas of the Old Testament, 1944;
- B. B. Warfield, The Inspiration and Authority of the Bible, 1948;
- A. Richardson dan W. Schweitzer (red), Biblical Authority for Today, 1951;
- C. H. Dodd, According to the Scriptures, 1952;
- H. H. Rowley, The Unity of the Bible, 1953;
- F. F. Bruce, The Books and The Parchments, 1953;
- A. M. Chirgwin, The Bible in World Evangelism, 1954;
- J. Bright, The Kingdom of God in Bible and Church, 1955;
- J. K. S. Reid, The Authority of the Bible, 1957;
- E. J. Young, Thy Word ia Truth, 1957;
- C. F. H. Henry (red) Revelation and the Bible, 1959;
- S. H Hooke, Alpha and Omega, 1961;
- The Cambridge History of the Bible, 1-3, 1963-70;
- J. Barr, The Bible in the Modern World, 1973. FFB/RS