Apa itu Alkitab/Perjanjian Lama

Dari Alkitab


Apa itu Alkitab:

Perjanjian Lama

Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kitab-kitab itu disusun menjadi tiga bagian -- Hukum Taurat (tora), Nabi-nabi (neviim) dan Tulisan-tulisan (ketubim). Kitab-kitab Hukum meliputi Pentateukh, 'kelima kitab dari Musa'. Kitab nabi-nabi terbagi menjadi dua: 'Nabi-nabi pertama' (neviim risyonim), yaitu Kitab-kitab Yos, Hak, Sam dan Raj, dan 'Nabi-nabi kemudian' (neviim akharonim) yaitu Kitab-kitab Yes, Yer, Yeh, dan 'Kitab keduabelas nabi'. 'Tulisan-tulisan' meliputi Kitab-kitab lainnya: pertama Mzm, Ams, Pkh dan Ayb, kemudian 'kitab-kitab gulungan' lima (megillot), yaitu Kid, Rut, Rat, Pkh, Est; dan yang terakhir Dan, Ezr, Neh dan Taw. Jumlahnya menurut perhitungan lama adalah 24, tapi jumlah 24 ini cocok tepat dengan perhitungan kita, yaitu 39, sebab dalam perhitungan kita Nabi-nabi terakhir dihitung 12 kitab, dan Sam, Raj, Taw dan Ezr -- Neh tiap kitab sebagai dua.

Asal mula pendaftaran kitab-kitab dalam Alkitab Ibrani tidak bisa ditemukan; pembagian menjadi tiga sering dianggap berhubungan dengan ketiga tahap pengakuan kanonitas dan kitab-kitab itu, tapi tidak ada bukti yang langsung bagi hal ini (*KANON PL).

Dalam LXX kitab-kitab itu diatur menurut kesamaan isinya. Pentateukh diikuti Kitab-kitab sejarah, kemudian Kitab-kitab sajak dan hikmat, kemudian kitab-kitab nabi-nabi. Urutan inilah, dalam garis besar, diambil dan diteruskan (melalui Vulgata) dalam kebanyakan Alkitab terbitan Kristen. Dari beberapa segi urutan ini lebih cocok dengan kronologis peristiwa ketimbang urutan Alkitab Ibrani, misalnya Rut langsung ditempatkan sesudah Hak (sebab Rut menceritakan hal-hal yang terjadi 'pada zaman penghakiman para hakim'), dan karya pentawarikh ditempatkan dengan urutan Taw, Ezr, Neh.

Pembagian menjadi tiga dalam Alkitab Ibrani nampak dalam kata-kata Luk 24:44 ('Taurat Musa dan Kitab nabi-nabi dan Kitab Mazmur'); lebih sering PB menyebut 'Taurat ... Kitab para nabi' (lih Mat 5:17 dll) atau 'Musa dan para nabi' (Luk 16:29 dll).

Ilham ilahi yang diceritakan PL diberikan terutama dengan dua cara: melalui perbuatan-perbuatan kekuasaan dan perkataan-perkataan nabi. Kedua cara ini sepadu dan tak dapat diceraikan yang satu dari yang lain. Perbuatan belas kasihan dan penghakiman, yang menjadi alat Allah Israel untuk menyatakan Diri kepada bangsa perjanjian-Nya, tidak akan mencapai maksudnya seandainya tidak diterangkan kepada Israel oleh para nabi -- orang-orang yang berbicara atas Nama Allah, yang menerima dan menyampaikan firman-Nya. Misalnya, peristiwa Keluaran tidak akan mencapai anti yang kekal bagi bangsa Israel, seandainya Musa tidak mengatakan kepada mereka bahwa dalam peristiwa-peristiwa ini Allah dari Bapak leluhur Israel bekerja untuk kelepasan mereka, seperti janji-janji-Nya dahulu, sehingga mereka selanjutnya menjadi umat-Nya dan Ia menjadi Allah mereka. Sebaliknya, kata-kata Musa akan tetap hampa dan tanpa hasil seandainya peristiwa-peristiwa Keluaran tidak terjadi. Kita dapat menyamakan peranan Samuel yang sama pentingnya sewaktu orang Filistin mengancam, peranan nabi-nabi besar abad 8 sM sewaktu Asyur menyapu segala sesuatu di depannya, peranan Yeremia dan Yehezkiel sewaktu kerajaan Yehuda menjelang akhirnya, dst.

Hubungan antara perbuatan kekuasaan dan perkataan nabi dalam PL menerangkan sebab apa sejarah dan nubuat tercampur dalam halaman-halaman PL; pastilah ini yang menyebabkan orang Yahudi memasukkan Kitab-kitab sejarah yang utama di antara Kitab nabi-nabi.

Tapi 'tulisan-tulisan' PL tidak hanya menceritakan penyataan ilahi yang berlipat ganda dan progresif itu; sekaligus dicatatnya jawaban manusia atas penyataan Allah. Jawab ini kadang-kadang taat, terlalu sering tidak taat; keduanya dinyatakan baik melalui perbuatan maupun perkataan. Dalam cerita PL tentang jawaban mereka yang menerima firman Allah, PB mendapatkan pelajaran praktis bagi orang Kristen; tentang pemberontakan bangsa Israel di padang pasir dan malapetaka berikutnya, Paulus menulis, 'Semuanya ini menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba' (1 Kor 10:11).

Tentang tempat PL dalam Alkitab Kristen. PL adalah persiapan: 'Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi', hal ini menantikan penyelesaiannya dalam firman yang dikatakan-Nya 'pada zaman akhir ini', 'kepada kita dengan perantaraan AnakNya' (Ibr 1:1-2). Tapi PL adalah Alkitab yang dibawa oleh para rasul dan para pemberita Injil lainnya pada zaman awal Kekristenan bila mereka memberitakan Yesus sebagai Mesias yang diutus Allah, Tuhan dan Juruselamat: dalam PL mereka mendapati kesaksian yang terang atas Kristus (Yoh 5:39) dan pemberitaan yang tegas tentang jalan keselamatan melalui kepercayaan kepada-Nya (Rm 3:21; 2 Tim 3:15). Untuk pemakaian PL mereka mempunyai kewibawaan dan teladan Kristus sendiri; dan gereja sejak itu selalu berbahagia bila mengikuti teladan yang diberikan oleh-Nya dan oleh para rasul, dan mengakui PL sebagai kitab Kristen. 'yang tak bisa diabaikan oleh Sang Juruselamat harus juga tidak bisa diabaikan oleh orang-orang yang diselamatkan' (G. A Smith).